Thursday, October 18, 2007

the next


THIS IS NOT LOVE

sometimes I see your face
flying above that corridor
sometimes I see you walking
across my room , smiling
sometimes my heart beats so strong
remember you

so many times I whispered
so many times I wrote on sky
so many times I sang
... “ miss you so”…

then we spend minutes
days
years,…
oh, only on my mind!

I know it worth enough to spend whole life with you
preparing our book of future
and world so safe and comfort suddenly

with you, only with you
I am willing to touch eternity
( see? and I am counting minutes before we meet, there)

They tell me that I ‘m so, so blind
miss you like this.
(Is this love? Perhaps this is love. No, no, this is not love. It just a glance of a lonesome feeling. Sometimes.)




Hari masih muda ketika kuangkat seorang bocah dengan tangisan yang hampir tak terdengar dan tanpa air mata. Tak ada kata-kata yang bisa mewakili perasaanku saat itu. Hanya sesak di dada. Bagaimana kubisa berkata negeri ini subur dan makmur? Kaki-kaki yang lemas, badan yang tergolek dan hanya terbungkus tulang itu bercerita lebih dari ribuan kata. Di depanmu sawah terbentang luas, Bocah. Dan kau belum pernah berhasil menapakinya dengan kakimu meski usiamu telah lebih sepuluh kali umur jagung di ladangmu Ke manakah sari air susu ibumu? Kemanakah dibawa hasil panen ayahmu? Sekiranya engkau bisa kubawa, sekiranya aku berhak untuk melakukan apa saja untukmu, sekiranya,…. Dan mereka yang berhak atasmu telah berkata ‘tidak’ padaku, pada kami.
Atau kah terlalu alergi pada warna bajuku yang acapkali disandang orang dalam kemunafikan? Tak bolehkah ada hati yang tulus memakainya? Kau tahu, bocah. Kadang aku kelelahan melawan arus yang deras itu. Seolah membawa lilin dalam badai. Teramat berat. Tidakkah kau ingin menggantikanku kelak? Dengan hati yang sama? Aku mengenal kakakmu yang penuh semangat, keluar dari segala jerat. Seperti elang yang gagah. Tiakkah kau ingin mengepakkan sayapmu bersamanya?

Bocah,… Kamu benar-benar seperti anak ayam kelaparan dalam lumbung beras. Seandainya, ya seandainya…



SPRAINED

every time we met
I listened to each word you said
as a santri to his kiai
as a little girl to her grandpa
although I did not understand what you were talking abaout
although you did not know what I was thinking about
although we did not understand a word we were each saying
we could enjoy the silent discussion
then get a deal
yap, our only language was unspoken
: it was love. A strange love, exactly!

beloved


don't ever listen
to anyone who said I never care
don't ever think
you will mislead

can't you see
you've been my guiding angel
only if you know
only if you understand
you give me reason to live
-at second I looked at you